Dr Leong Hoe Nam
Spesialis Penyakit Menular
Sumber: Shutterstock
Spesialis Penyakit Menular
Demam berdarah adalah penyakit berat akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk. Sekitar 390 juta infeksi demam berdarah terjadi tiap tahun, 96 juta di antaranya menyebabkan penyakit.
Di Singapura, semua kawasan diberi label zona hijau, kuning, dan merah untuk menunjukkan peningkatan risiko demam berdarah.
"Demam berdarah banyak terjadi di Singapura dan di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi virus tersebut berkaitan erat dengan prevalensi nyamuk Aedes, si pembawa infeksi," ujar Dr Leong Hoe Nam, spesialis penyakit menular di Mount Elizabeth Novena Hospital.
Berikut panduan lengkap untuk membantu Anda memahami dan melindungi diri dari penyakit ini.
Demam berdarah, juga dikenal sebagai demam sendi, adalah penyakit bawaan serangga yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh 4 jenis serotipe dari satu virus yang sama (DEN-1 hingga DEN-4).
Demam berdarah dapat bervariasi, mulai dari ringan, yang hanya ditandai demam, hingga parah. Jenis yang parah meliputi dengue haemorrhagic fever dan dengue shock syndrome, yang semuanya berpotensi mematikan.
Total 75–90% pasien terkena demam berdarah tanpa gejala, bahkan tidak demam. Artinya, banyak individu yang jatuh sakit selama demam berdarah simtomatik pertama nyatanya terserang untuk kedua kalinya. "Berdasarkan penelitian dan hipotesis, serangan demam kedua cenderung lebih parah," ujar Dr Leong.
Demam berdarah tersebar di seluruh Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik barat, tetapi penyakit ini telah menyebar cepat di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia. Meski demikian, terlepas dari lokasi geografisnya, wabah DBD dapat muncul kapan saja dan di mana saja selama kondisi cuaca hangat yang mendukung perkembangan nyamuk.
"Sejalan dengan pemanasan global, tampak adanya perluasan dan penyebaran jejak nyamuk Aedes," ujar Dr Leong. "Akibatnya, DBD menyebar ke seluruh dunia. Kami telah menerima laporan DBD di Italia dan negara-negara di Mediterania, serta di Florida, Amerika Serikat, selama musim panas."
Singkatnya, nyamuk Aedes dapat terbang hingga 400 meter mencari wadah berisi air untuk bertelur, tetapi biasanya akan tetap dekat dengan habitat manusia. Nyamuk ini suka berkembang biak di air bersih dan tenang yang mudah ditemukan di rumah-rumah. Volume air bersih kira-kira sebesar koin 20 sen Singapura cukup untuk berkembang biak.
Demam berdarah tidak dapat ditularkan langsung antarmanusia, tetapi manusia yang menderita demam berdarah dapat menginfeksi nyamuk. Nyamuk terinfeksi saat menyedot darah dari manusia yang sudah terinfeksi demam berdarah. Kemudian, demam berdarah menyebar ketika nyamuk menularkan virus ke manusia lain yang digigitnya.
"Setelah 5–14 hari, virus akan matang di dalam kelenjar ludah nyamuk dan menyebar ke korban berikutnya saat nyamuk makan," jelas Dr Leong.
Manusia dikenal sebagai pembawa infeksi lintas batas atau antarwilayah selama tahap peredaran dan reproduksi virus di dalam aliran darah.
Nyatanya, ada kepercayaan umum bahwa penjajahan Jepang atas Asia Tenggara selama Perang Dunia ke-2 menjadi sarana pertumbuhan dan penyebaran nyamuk, serta virus di wilayah kita. Nyamuk mengikuti para tentara yang menyediakan air bersih. Mereka pun menjadi sasaran empuk bagi nyamuk.
Demam berdarah memiliki gejala seperti flu yang biasanya muncul sekitar 1,5–10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Jika kasusnya ringan, gejala akan mereda dengan sendirinya dalam 2–7 hari.
Gejala pertama termasuk demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, demam tinggi, nyeri di belakang mata, dan muntah atau mual. "Ruam tubuh pada penyakit ini cenderung muncul sedikit lebih lambat," ujar Dr Leong. "Tidak adanya ruam diidentifikasi sebagai faktor risiko demam berdarah parah, sebagian besar disebabkan oleh kegagalan diagnosis penyakit."
Demam berdarah parah berkembang 3–7 hari setelah tanda-tanda penyakit pertama dengan gejala memburuk, seperti nyeri perut hebat, muntah terus-menerus, gusi berdarah, muntah darah, peningkatan laju napas, dan kelelahan atau kegelisahan.
"Salah satu ciri khasnya, infeksi ini dapat menyebabkan jumlah trombosit (fragmen sel kecil yang membentuk gumpalan darah untuk menghentikan perdarahan) merosot tajam, yang mengakibatkan perdarahan di dalam organ internal, khususnya sistem pencernaan," jelas Dr Leong.
Anak kecil dan orang yang belum pernah terinfeksi cenderung mengalami kasus yang lebih ringan dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Namun, masalah serius tetap dapat berkembang. Misalnya, dengue haemorrhagic fever (DHF) yang nantinya dapat berkembang menjadi perdarahan masif, syok, dan kematian, gangguan yang dikenal sebagai dengue shock syndrome (DSS).
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta mereka yang menderita infeksi demam berdarah kedua dipercaya lebih berisiko terkena DHF. "Professor Scott Halsted, tokoh terkemuka dalam penelitian demam berdarah, memopulerkan gagasan bahwa infeksi pertama mempersiapkan tubuh untuk infeksi kedua yang lebih parah," jelas Dr Leong. "Namun, makin kita lebih mengerti tentang penyakit ini, ilmuwan ternyata telah mengamati bahwa infeksi demam berdarah ke-3 dan ke-4 justru bisa lebih ringan."
Jika Anda baru kembali dari kawasan penyebaran demam berdarah, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum gejala muncul demi kepastian.
Gejala demam, sakit kepala, dan nyeri otot sangat mirip dengan penyakit ringan lainnya yang umum terjadi, seperti influenza, Chikungunya, dan infeksi Zika. Secara umum, kami menyarankan untuk melakukan tes darah pada hari ke-3 setelah sakit untuk mendiagnosis penyakit.
Cegah demam berdarah dengan menghindari gigitan nyamuk. Gunakan obat penangkal nyamuk, pakai celana panjang, kaus lengan panjang, dan kaus kaki. Pasang penghalang nyamuk di bangunan rumah.
Perlindungan terbaik adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. Kemungkinan tergigit akan makin menipis jika Anda memakai pakaian tertutup. Saat banyak nyamuk, kenakan celana panjang, kaus lengan panjang, dan kaus kaki.
Gunakan juga obat penangkal nyamuk yang mengandung minimal 10% diethyltoluamide (DEET), yaitu zat penangkal gigitan serangga. Konsentrasi DEET yang lebih tinggi diperlukan untuk efek yang lebih tahan lama, tetapi jangan menggunakan DEET pada anak-anak. Selain itu, hindari memakai sabun dan parfum beraroma tajam karena dikenal dapat mengundang nyamuk.
Pasang penghalang nyamuk di bangunan rumah, seperti kawat nyamuk atau kelambu yang diberi insektisida. Kelambu yang diberi insektisida dapat melindungi dengan lebih efektif. Insektisida tidak hanya membunuh nyamuk dan serangga lainnya, tetapi juga berfungsi sebagai zat penghalang yang mencegah nyamuk masuk ruangan.
Ingat bahwa nyamuk Aedes berkembang biak di tempat penampungan air bersih di rumah Anda. Karena itu, singkirkan media yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak (misalnya ember, penyiram tanaman, wadah). Terapkan kebiasaan baik membersihkan dan menyikat pot tanaman secara teratur untuk menghilangkan telur nyamuk dan menggemburkan tanah dari tanaman pot guna mencegah terbentuknya genangan air pada permukaan tanah yang keras.
Per Oktober 2016, vaksin demam berdarah Dengvaxia® telah disetujui oleh Health Science Authority untuk pencegahan penyakit demam berdarah pada individu usia 12–45 tahun. Vaksin tersebut terbukti 70% efektif mencegah demam berdarah, dan hingga 95% mencegah penyakit demam berdarah yang parah dan mengancam nyawa.
Dalam tinjauan panel ahlinya, World Health Organisation merekomendasikan agar suatu negara melaksanakan program vaksin nasional menggunakan Dengvaxia® jika tingkat infeksi demam berdarah terakhir di masyarakatnya di bawah 50%. Dengan demikian, vaksin tersebut akan kurang efektif di Singapura. Individu yang ingin divaksinasi menggunakan Dengvaxia® harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Dr Leong menganjurkan vaksinasi untuk individu yang sudah pernah terkena demam berdarah. Hal ini sangat penting dalam pencegahan infeksi kedua, yang sering kali lebih parah dibandingkan yang pertama.
70% individu pernah terserang demam berdarah tanpa gejala, yaitu mereka awalnya tidak tahu bahwa telah terkena demam berdarah. Untuk mendapatkan diagnosis demam berdarah yang akurat, Anda dapat meminta dokter melakukan tes PanBio Dengue IgG Elisa.
Demam berdarah bisa jadi sulit didiagnosis karena tanda dan gejalanya sangat mirip dengan penyakit virus lain, seperti influenza, infeksi Zika, infeksi Chikungunya, malaria, demam tifoid, dan lain-lain.
Agar dapat mendiagnosis demam berdarah dengan benar, dokter akan memeriksa gejala, melakukan tes darah, dan memeriksa riwayat medis Anda. "Selama tahap penyakit akut, tepatnya pada hari ke-3, antigen demam berdarah NS1 sangat sensitif dan efektif dalam mendiagnosis demam berdarah," ujar Dr Leong. "Pada atau setelah hari ke-5 menderita penyakit ini, Anda perlu menjalani pemeriksaan demam berdarah untuk antibodi IgM/IgG sebagai sarana terbaik dalam mendiagnosis infeksi."
Dokter juga mungkin akan menanyakan riwayat perjalanan Anda. Jika demikian, jelaskan secara mendetail, termasuk negara yang dikunjungi dan tanggalnya, serta kemungkin kontak Anda dengan nyamuk.
Demam berdarah disebabkan oleh virus, dan tidak ada obat atau antibiotik khusus untuk mengobatinya. Pada demam berdarah biasa, pengobatan diarahkan untuk meredakan gejala. Dokter dapat menyarankan agar Anda beristirahat dan banyak minum cairan untuk menghindari dehidrasi akibat muntah dan demam tinggi. Anda dapat meminum parasetamol untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri sendi, tetapi hindari obat pereda nyeri yang dapat meningkatkan komplikasi perdarahan, misalnya aspirin, ibuprofen, dan naproxen sodium.
Perhatikan bahwa ada 4 serotipe virus demam berdarah dan setelah Anda sembuh dari salah satunya, Anda kemungkinan tidak akan terkena serotipe yang sama karena tubuh Anda telah memiliki kekebalan untuk melawannya. Namun, Anda mungkin kembali terkena demam berdarah dari serotipe lainnya.
Waspadai tanda-tanda bahaya demam berdarah yang parah berikut ini:
"Jika menduga telah terkena demam berdarah, mulai minum banyak air putih. Hidrasi yang cukup dapat dilihat dari warna urine," saran Dr Leong. "Urine kita harus bening atau sedikit kekuningan."
Tanda bahaya dapat muncul saat suhu tubuh menurun 3–7 hari setelah gejala dimulai. Perhatikan bahwa meski suhu tubuh Anda menurun, bukan berarti Anda sudah sembuh.
Saat tanda bahaya demam berdarah parah muncul, segera pergi ke dokter dan dirawat inap untuk mendapatkan penanganan. "Tanda bahaya meliputi nyeri perut hebat, muntah terus-menerus, gusi berdarah, muntah darah, laju napas cepat, dan kelelahan atau kegelisahan," ujar Dr Leong.
"Jika menduga telah terkena demam berdarah, mulai minum banyak air putih. Hidrasi yang cukup dapat dilihat dari warna urine," saran Dr Leong. "Urine kita harus bening atau sedikit kekuningan."
Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah komplikasi demam berdarah yang cenderung menyerang anak di bawah usia 10 tahun atau lansia. DHF dimulai dengan demam tinggi dan sakit kepala terus-menerus yang muncul secara tiba-tiba. Sering kali muncul gejala yang berhubungan dengan pernapasan dan usus, seperti sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, dan nyeri perut. Syok akan muncul setelah 2–6 hari jika pasien masih belum mendapatkan penanganan, dan gejala sampai menyebabkan pingsan mendadak, kulit dingin dan lembap, denyut nadi lemah, dan mulut kebiruan.
Pada DHF, akan muncul gejala mudah memar disertai perdarahan, bintik darah warna merah atau ungu pada kulit, air liur berdarah, buang air besar berdarah, gusi berdarah, dan mimisan.
"Komplikasi demam berdarah yang mungkin, tetapi sangat jarang terjadi meliputi miokarditis, (peradangan jantung), yang mengakibatkan hipotensi (tekanan darah rendah) yang parah dan menyeluruh, gagal jantung, dan kerusakan saraf perifer," tambah Dr Leong. "Kerusakan saraf perifer akan bertahan selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah pemulihan dengan disertai anggota tubuh kebas terus-menerus."
Pasien yang menderita DHF harus dipantau secara intensif selama beberapa hari pertama karena syok dapat terjadi atau kambuh secara tidak terduga. Angka kematian akibat DHF sangat besar. Dengan penanganan yang tepat, World Health Organisation memperkirakan angka kematian sebesar 2,5%. Tanpa penanganan yang tepat, angka kematian dapat meningkat hingga 20%. Kematian banyak terjadi pada anak. Bayi di bawah usia 1 tahun paling berisiko mengalaminya.