Sindrom Snapping Hip - Gejala & Penyebab

Apa itu sindrom snapping hip?

Sindrom snapping hip atau Coxa Saltans (juga disebut pinggul penari atau iliopsoas tendinitis) adalah suara gemeretak yang tidak terasa nyeri di sekitar sendi pinggul ketika pinggul digerakkan. Sindrom ini paling umum dialami oleh pelari, pemain sepak bola, dan penari berusia 15–40 tahun. Meski sebagian besar orang hanya menganggapnya sekadar mengganggu, beberapa penderita sindrom ini mungkin merasakan nyeri dan lemas.

Jenis-jenis sindrom snapping hip

Berikut 3 jenis sindrom snapping hip:

  • Eksternal. Ini adalah jenis sindrom snapping hip paling umum yang disebabkan oleh keluarnya jaringan ikat iliotibial (tendon tebal) dari sendi pinggul.
  • Internal. Sindrom snapping hip jenis internal, atau pinggul penari, disebabkan oleh keluarnya tendon iliopsoas (fleksor primer pinggul) dari struktur tulang pada pinggul.
  • Intra-artikular. Jenis sindrom snapping hip ini disebabkan oleh cedera, misalnya robekan pada labrum asetabular atau ligamentum teres, tendon yang longgar, kerusakan tulang rawan artikular, atau kondromatosis sinovial (pembentukan tulang rawan di selaput sinovial sendi).

Apa saja gejala sindrom snapping hip?

Pasien sindrom snapping hip biasanya mengalami sensasi gemeretak dan mengunci pada pinggul yang disertai dengan bunyi "pop" ketika pinggul yang terdampak digerakkan.

Berikut adalah gejala spesifik sindrom snapping hip:

  • Suara gemeretak
  • Suara di sekitar sendi pinggul saat menekuk atau meregangkan pinggul
  • Nyeri pinggul, yang mereda setelah Anda beristirahat atau mengurangi aktivitas
  • Kaki terasa lemas saat diangkat atau digerakkan ke arah samping
  • Pinggul kaku
  • Pembengkakan di bagian depan, belakang, atau samping pinggul
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau berdiri setelah duduk dari kursi

Apa penyebab sindrom snapping hip?

Penyebab sindrom snapping hip mencakup:

  • Perbedaan panjang kaki. Sindrom snapping hip umumnya dikaitkan dengan perbedaan panjang kaki atau anisomelia (biasanya sisi panjang menjadi penyebab gejala) karena kekakuan kronis pada otot dan area sekitar pinggul.
  • Kelemahan ligamen (ligamen longgar). Jaringan penghubung, seperti ligamen, bisa menjadi lemah dan longgar setelah digunakan berulang kali atau mengalami insiden traumatis. Ligamen yang longgar dapat menyebabkan sindrom snapping hip.
  • Aktivitas fisik yang berkepanjangan. Aktivitas yang melibatkan gerakan menekuk atau meregangkan otot pinggul secara berkepanjangan dan berulang, seperti sepak bola, senam, menari, dan berlari, dapat menyebabkan sindrom snapping hip.
  • Gerakan pinggul berulang. Tulang rawan pinggul bisa rusak jika digunakan secara berulang dan seiring bertambahnya usia. Aktivitas dengan gerakan pinggul berulang, seperti berlari atau menari bisa menyebabkan penggunaan berlebih tulang rawan dan memicu sindrom snapping hip.
  • Jaringan ikat iliotibial yang kaku. Jaringan ikat iliotibial adalah tendon besar yang membentang di paha bagian luar. Tendon yang kaku dapat menimbulkan sensasi gemeretak. Sensasi ini akan berangsur-angsur memburuk dan bisa menimbulkan nyeri jika tidak ditangani.
  • Otot yang lemah di sekitar pinggul. Lemahnya gluteus medius, yaitu otot besar di pinggul posterior yang berbentuk kipas dan membentang dari ilium hingga femur proksimal, dapat menyebabkan sindrom snapping hip.

Apa saja faktor risiko sindrom snapping hip?

Faktor yang meningkatkan risiko sindrom snapping hip antara lain:

  • Melakukan aktivitas dengan gerakan pinggul ekstrem, seperti balet, rugbi, dan sepak bola
  • Melakukan aktivitas perlombaan dan rekreasi, misalnya angkat besi dan berlari
  • Trauma fisik, seperti cedera traumatis pada sendi pinggul

Apa saja komplikasi dan penyakit terkait sindrom snapping hip?

Meski tidak mengancam nyawa, sindrom snapping hip dapat menyebabkan komplikasi dalam jangka panjang, terutama jika tidak ditangani. Komplikasinya dapat berupa:

  • Nyeri pinggul persisten. Jika tidak ditangani, gejala sindrom snapping hip dapat memburuk dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang intens.
  • Nyeri pada bursa atau bursitis pinggul. Penyebab paling umum sindrom snapping hip adalah sindrom jaringan ikat iliotibial, yang dapat menyebabkan iritasi pada bursa atau berpotensi mengakibatkan bursitis pinggul.
  • Putusnya tendon iliopsoas. Meskipun mungkin tendon iliopsoas yang putus tidak menimbulkan nyeri atau membatasi mobilitas, sensasi gemeretak dapat mengganggu rutinitas dan aktivitas.

Bagaimana cara mencegah sindrom snapping hip?

Sindrom snapping hip tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko terkena sindrom snapping hip:

  • Lakukan pemanasan sebelum berolahraga atau mengikuti aktivitas fisik yang berat. Pastikan pemanasan ini juga mencakup otot pinggul.
  • Jangan lakukan aktivitas fisik secara tiba-tiba. Jika harus berolahraga atau mengikuti aktivitas tertentu, mulailah dengan intensitas ringan yang perlahan-lahan ditingkatkan.
  • Jaga kondisi fisik dengan mengikuti program latihan kekuatan dan kelenturan secara konsisten.
  • Selalu kenakan sepatu yang nyaman dan pas.
Halaman ini telah ditinjau oleh peninjau konten medis kami.

Perlu bantuan?


Untuk mengajukan pertanyaan, hubungi
+65 6575 7575

 

Untuk membuat janji temu, hubungi kami via WhatsApp di nomor
+65 8111 9777