Stroke terjadi apabila aliran darah ke suatu bagian otak mendadak terganggu atau berkurang drastis akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah.
Akibatnya, sel-sel otak mati sehingga dapat terjadi cedera atau disabilitas yang sifatnya permanen, tergantung bagian otak yang terserang.
Stroke umumnya terbagi menjadi 2 jenis:
Pada beberapa kasus serangan iskemik transien, gejalanya mungkin mirip stroke. Penyebabnya adalah terganggunya aliran darah ke otak secara sementara (transien) akibat penggumpalan darah yang sifatnya sementara pula.
Disebut juga ‘mini-stroke’, gejalanya terjadi dengan cepat dan berlangsung relatif singkat (dari hitungan menit sampai kurang dari 24 jam). Jika mengalaminya, harap waspada dan sebaiknya segera minta pertolongan medis untuk mengetahui faktor risiko yang Anda miliki sekaligus mencegah stroke.
Banyak yang mengira bahwa stroke hanya menyerang lansia. Akan tetapi, sebenarnya stroke dapat menyerang siapa saja. Di Singapura, stroke menjadi penyebab kematian terbanyak keempat dan menjadi penyebab 6% kematian yang terjadi selama 2020.
Gejala stroke umumnya berupa:
Jika mengalami gejala pertanda stroke di atas, sebaiknya segera minta pertolongan medis. Penanganan medis langsung (dalam waktu 4,5 jam sejak serangan stroke terjadi) dapat secara efektif meminimalkan risiko penderita mengalami disabilitas.
Penyebab stroke tergantung pada jenisnya:
Untuk jenis ini, stroke terjadi akibat penumpukan kolesterol atau plak pada dinding pembuluh darah di otak. Plak ini dapat memicu penggumpalan darah. Akibatnya, pembuluh darah menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otak berkurang atau terhenti.
Stroke hemoragik terjadi saat pembuluh darah di otak bocor atau pecah akibat kondisi medis, seperti tekanan darah tinggi atau aneurisma otak, yaitu menonjolnya dinding pembuluh darah dalam otak secara abnormal hingga menyerupai balon.
Orang dengan kondisi berikut berisiko lebih tinggi menderita stroke:
Faktor risiko lain di antaranya:
Tergantung bagian otak yang diserang, stroke dapat berujung pada disabilitas yang sifatnya sementara atau permanen.
Komplikasi stroke antara lain:
Pencegahan primer stroke merupakan bentuk pencegahan untuk orang dengan faktor risiko stroke yang belum mengalami stroke. Langkah pencegahan ini dapat berupa perubahan gaya hidup atau konsumsi obat-obatan untuk mengatasi dan mengendalikan kondisi tertentu, seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Jika mengidap hipertensi, Anda mungkin akan diberi obat-obatan seperti obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Menurut sejumlah penelitian, penurunan tekanan darah yang sedikit sekalipun pada pasien lanjut usia dapat secara efektif mengurangi risiko stroke sebesar 30–40%.
Pasien dengan gangguan jantung, seperti fibrilasi atrium (detak jantung tak teratur) mungkin akan diberi obat antikoagulan (pengencer darah) untuk mengatasi kondisi yang dialaminya sehingga risiko stroke menurun.
Sementara itu, pencegahan sekunder stroke merupakan upaya mengurangi risiko stroke kambuh pada pasien dengan riwayat stroke atau serangan iskemik transien.
Langkah pencegahan sekunder yang utama, antara lain, pemberian obat antiplatelet (pencegah penggumpalan darah) atau obat antikoagulan untuk mengatasi atau mengurangi risiko terjadinya penggumpalan darah dalam pembuluh darah.
Untuk mengajukan pertanyaan, hubungi
+65 6575 7575
Untuk membuat janji temu, hubungi kami via WhatsApp di nomor
+65 8111 9777