Kolitis ulseratif adalah sejenis penyakit radang usus yang terjadi di lapisan usus paling dalam (usus besar) dan rektum.
Pasien penderita kolitis ulseratif mengalami peradangan usus besar dan tukak yang akan makin parah, bahkan hingga berdarah atau bernanah.
Jenis-jenis kolitis ulseratif
Ada 3 jenis kolitis ulseratif yang dibedakan berdasarkan lokasinya:
Proktitis ulseratif. Ini adalah jenis yang paling ringan, di mana peradangan terjadi di rektum. Biasanya penyakit jenis ini hanya memiliki tanda rektum berdarah.
Kolitis sisi kiri. Peradangan ini terjadi dari bagian rektum hingga usus besar. Gejalanya mencakup diare berdarah, nyeri dan kram di bagian kiri perut, serta penurunan berat badan drastis.
Pankolitis. Peradangan ini terjadi di seluruh usus besar. Gejalanya mencakup diare berdarah yang parah, sakit dan kram di bagian perut, rasa lelah, serta penurunan berat badan drastis.
Kolitis ulseratif dapat melemahkan tubuh. Penyakit ini belum bisa disembuhkan. Namun, dengan pengobatan yang tepat, Anda bisa bebas dari gejala penyakit ini untuk waktu yang lama.
Apa saja gejala kolitis ulseratif?
Gejala kolitis ulseratif beragam, tergantung tingkat keparahan dan lokasi peradangan. Hal ini meliputi:
Nyeri perut dan kram
Nyeri dan pendarahan di rektum
Diare berulang yang disertai darah atau nanah
Ingin BAB tetapi tidak bisa
Lelah berlebihan, hilang nafsu makan, dan penurunan berat badan
Sebagian besar orang mengalami gejala ringan hingga sedang. Beberapa pasien mungkin tidak bergejala atau mengalami gejala sedang selama beberapa minggu atau hingga beberapa bulan, yang diikuti dengan kondisi yang tiba-tiba bergejolak atau kambuh. Gejala gejolak tiba-tiba ini, antara lain:
Penyebab pasti kolitis ulseratif belum diketahui. Kemungkinan penyebabnya antara lain:
Kerusakan fungsi sistem kekebalan tubuh. Respons kekebalan tubuh abnormal dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel saluran pencernaannya sendiri.
Keturunan. Kolitis ulseratif lebih sering dialami oleh orang yang memiliki garis keturunan penyakit ini.
Apa saja faktor risiko kolitis ulseratif?
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kolitis ulseratif di antaranya:
Usia. Kolitis ulseratif umumnya terjadi pada orang yang berusia di bawah 30 tahun dan di atas 60 tahun.
Etnis. Kolitis ulseratif lebih umum dialami oleh keturunan Eropa dan jarang dialami oleh keturunan Asia.
Riwayat keluarga. Jika memiliki anggota keluarga inti yang mengalami kolitis ulseratif, Anda lebih berisiko terkena penyakit ini.
Apa saja komplikasi dan penyakit terkait kolitis ulseratif?
Ada beberapa kemungkinan komplikasi yang terkait dengan kolitis ulseratif, di antaranya:
Peradangan kulit, sendi, dan mata.
Kerusakan usus besar, misalnya usus besar mengalami pendarahan parah, robek, atau berlubang.
Dehidrasi parah, karena usus yang meradang tidak dapat menyerap cairan dengan efektif.
Osteoporosis (keropos tulang). Ini dapat disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid atau perubahan pola makan jangka panjang, seperti tidak mengonsumsi produk olahan susu.
Meningkatkan risikokanker usus besar, khususnya jika penyakit atau peradangan sudah parah dan menyebar ke seluruh usus besar.
Megakolon toksik (peradangan usus besar yang terjadi dengan cepat). Ini adalah komplikasi serius dari kolitis ulseratif yang jarang terjadi. Megakolon toksik adalah kondisi di mana peradangan usus besar menyebabkan gas terperangkap sehingga usus besar membesar dan membengkak.
Penggumpalan darah di pembuluh darah dan arteri.
Bagaimana cara mencegah kolitis ulseratif?
Meski tidak ada bukti pasti bahwa perubahan pola makan dapat mencegah gejala kolitis ulseratif, sebaiknya Anda menerapkan perubahan pola makan dan gaya hidup berikut:
Hindari makanan pemicu, seperti makanan pedas, alkohol, dan kafein.
Batasi produk olahan susu. Ini terbukti dapat meringankan gejala seperti diare, nyeri perut, dan kembung.
Batasi serat. Bagi sebagian orang, makanan tinggi serat, seperti buah, sayur, dan gandum utuh, dapat memperparah gejala. Sebaiknya kukus, panggang, atau masak buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
Makan dalam porsi kecil dan minum banyak air. Sebaiknya makan dalam porsi kecil sebanyak 5 atau 6 kali dalam sehari.
Kelola stres dengan berolahraga teratur, beristirahat, bersantai, atau bermeditasi.
Perubahan ini dapat membantu Anda mengendalikan penyakit (misalnya, memperpanjang masa sehat dan mencegah pembengkakan) sekaligus mencukupi kebutuhan nutrisi.
Kiat: Catat jenis makanan dan waktu makan Anda. Ini dapat membantu Anda mengetahui dan menghindari jenis makanan yang memicu pembengkakan.
Nutrisi memainkan peran penting dalam pemulihan Anda setelah operasi. Mengetahui makanan apa yang harus dimakan setelah menjalani operasi dapat membantu meningkatkan dan mempercepat proses penyembuhan Anda.
Apakah Anda lebih suka menyebutnya wasir atau ambeien, ada banyak pilihan untuk menangani kondisi yang menyakitkan ini. Di sini kami menjelaskan gejala, faktor risiko dan perawatan untuk wasir.