Sumber: Shutterstock
Meskipun asma pada anak pada dasarnya adalah kondisi yang sama dengan asma pada orang dewasa, asma pada anak memang memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, melewatkan terlalu banyak hari sekolah, atau anak-anak yang merasa terasing dari teman sebayanya karena mereka tidak dapat berlari dan bermain sebebas mungkin.
Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran napas. Selama serangan asma, saluran udara ini membengkak, mempersempit aliran udara dan menyebabkan kesulitan bernapas.
Di Singapura, sekitar 1 dari 5 anak menderita asma pada masa kanak-kanak. Asma dapat muncul pada usia berapa pun dan gejalanya dapat serupa dengan gejala yang disebabkan oleh kondisi seperti pilek dan flu, sehingga diagnosis yang akurat sangat penting untuk penanganan jangka panjang yang efektif dan kualitas hidup yang lebih baik.
Faktor-faktor yang terkait dengan asma pada anak berkisar dari faktor keturunan hingga lingkungan. Sebagai permulaan, anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan asma atau alergi lainnya lebih cenderung mengembangkan asma.
Selain itu, jika seorang anak memiliki masalah pernapasan seperti pilek kronis, sinus yang meradang sejak usia muda, atau kondisi akut seperti pneumonia atau bronkitis, mereka mungkin berisiko lebih tinggi.
Paparan yang berlebihan (termasuk paparan prenatal) terhadap asap rokok atau polutan udara lainnya juga dapat meningkatkan kemungkinan anak terkena asma.
Meskipun penyebab pasti asma pada anak belum sepenuhnya dipahami, namun ada baiknya mengetahui bahwa banyak serangan asma dapat dicegah dengan mengidentifikasi dan menghindari pemicu yang menyebabkannya.
Pemicu asma bervariasi dari satu anak ke anak lainnya, tetapi yang umum terjadi adalah:
Mengenali pemicu asma anak akan memudahkan Anda untuk bersikap proaktif dan mengetahui potensi serangan lebih awal. Gejala-gejala umum yang harus diwaspadai:
Segera cari bantuan darurat jika Anda mengalami gejala-gejala yang parah ini:
Selama serangan asma, lapisan saluran napas meradang dan membengkak. Otot-otot dinding saluran napas mengalami kejang, dan lendir kental menyumbat saluran napas. Jika dibiarkan terus berlanjut, asma pada anak dapat menyebabkan kematian:
Seiring berjalannya waktu, kualitas tidur yang buruk, kelelahan, dan kemampuan yang buruk untuk bermain atau berolahraga dapat berdampak pada perkembangan mental, fisik, dan sosial anak. Anak yang bersekolah yang terlalu banyak melewatkan waktu belajar di kelas dapat tertinggal secara akademis.
Meskipun tidak ada obat untuk asma, kabar baiknya adalah hanya 5% dari populasi yang menderita asma saat dewasa. Ini berarti bahwa anak Anda lebih mungkin untuk sembuh dari asma pada masa kanak-kanak daripada tidak. Sekitar setengah dari pasien asma masa kanak-kanak melaporkan serangan yang lebih ringan dan lebih jarang terjadi pada usia remaja, sementara sisanya tidak lagi mengalaminya.
Jadi, tetaplah bersikap positif, dan berusahalah untuk membantu mengelola asma anak Anda sementara itu.
Jika anak Anda telah didiagnosis menderita asma pada masa kanak-kanak, pengelolaan yang berkelanjutan dan mematuhi rencana perawatan adalah kuncinya. Bekerjasamalah dengan dokter anak Anda untuk menyusun rencana tindakan asma, dengan melibatkan anak Anda sebanyak mungkin. Rencana tersebut harus mencakup hal-hal berikut ini, yang juga dapat dimasukkan ke dalam kehidupan sehari-hari:
Terakhir, karena kondisi anak Anda dapat berubah seiring waktu, tindak lanjuti dengan janji temu medis secara teratur sehingga dokter dapat menyesuaikan perawatan yang sesuai.
Jika Anda mencurigai anak Anda menderita asma, berkonsultasilah dengan spesialis anak untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rencana perawatan yang sesuai.