Joy Marie Lim
Medical Advisor
Sumber: Getty Images
Medical Advisor
Menopause adalah kejadian yang umum terjadi pada wanita berusia antara 45 dan 55 tahun. Hal ini melibatkan penurunan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron, yang mengakibatkan berakhirnya menstruasi dan kemampuan untuk memiliki anak. Wanita dapat mengalami berbagai gejala fisik dan psikologis selama masa ini, seperti muka memerah, berkeringat di malam hari, insomnia, lekas marah, cemas, depresi, dan pelupa.
Namun, bagaimana dengan pria? Apakah ada istilah menopause untuk pria?
Seiring bertambahnya usia, hormon testosteron yang berhubungan dengan seks menurun, dan libido mereka menurun, dan beberapa pria merasa sulit untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi saat berhubungan seks. Seperti halnya wanita menopause, pria yang menua juga mengalami gejala-gejala seperti berkurangnya massa dan kekuatan otot, peningkatan penumpukan lemak tubuh, kehilangan kepadatan tulang, kelelahan, hot flushes, berkeringat di malam hari, perubahan suasana hati, kegelisahan, depresi, serta daya ingat dan konsentrasi yang buruk.
Istilah "Menopause pria" sering digunakan untuk menggambarkan penurunan kadar testosteron yang terjadi pada pria seiring bertambahnya usia, dan perubahan-perubahan yang terjadi bersamaan dengan itu. Selain menopause pria, kami juga melihat istilah "andropause" dan "klimakterium pria" digunakan di tempat lain. Konsep menopause yang setara dengan menopause pada pria mulai dibicarakan di dalam komunitas medis sejak akhir tahun 1930-an hingga pertengahan tahun 1950-an dan kemudian mendapatkan perhatian di media populer.
Meskipun benar bahwa kadar testosteron menurun seiring bertambahnya usia, namun tidak jelas apakah perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara bersamaan disebabkan oleh penurunan testosteron itu sendiri, bagian dari bertambahnya usia, kondisi medis yang mendasari, atau gaya hidup. Namun, para peneliti akademis dan dokter sepakat akan satu hal: menopause pada pria adalah istilah yang tidak tepat.
Istilah menopause untuk pria tidak ada, karena pria tidak mengalami perubahan biologis yang serupa dengan yang dialami wanita menopause.
Ketika kita melihat menopause dan padanannya pada pria, penting bagi kita untuk melihatnya dari perubahan hormonal yang terjadi pada usia paruh baya. Perbedaan berikut ini memperkuat fakta bahwa menopause pada pria tidak ada.
Pertama, penurunan kadar testosteron pada pria terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu, berbeda dengan penurunan kadar estrogen dan progesteron secara tiba-tiba yang dialami oleh wanita menopause. Setelah usia 40 tahun, kadar testosteron menurun sekitar 1% per tahun. Dibutuhkan waktu yang cukup lama sebelum kadar ini mencapai titik di mana gejala-gejala dapat terlihat.
Kedua, pria mempertahankan kemampuan untuk bereproduksi bahkan dengan kadar testosteron yang rendah. Sementara potensi melahirkan anak pada wanita menurun hingga nol setelah menopause, pria masih dapat menjadi ayah dari anak-anak karena testosteron bukan satu-satunya hormon yang terlibat dalam produksi sperma. Selain itu, kadar testosteron dalam testis, tempat sperma diproduksi, tetap jauh lebih tinggi daripada di dalam darah.
Terakhir, menopause adalah peristiwa universal bagi semua wanita, yang menandai berakhirnya masa reproduksi mereka. Sebaliknya, hanya 10 – 25% pria yang lebih tua memiliki kadar testosteron yang dianggap rendah, sementara mayoritas memiliki kadar dalam kisaran normal. Oleh karena itu, konsep menopause yang setara dengan pria tidak berlaku karena tidak semua pria akan mengalami kekurangan testosteron.
Namun demikian, sangat penting untuk mengetahui masalah testosteron rendah pada pria yang lebih tua. Testosteron rendah, atau hipogonadisme, adalah suatu kondisi medis yang dapat menyebabkan gejala yang menyerupai gejala menopause. Hal ini terjadi ketika testis memproduksi hormon yang tidak mencukupi. Jika gaya hidup atau faktor psikologis tidak diyakini sebagai penyebabnya, dianjurkan untuk melakukan tes testosteron rendah ketika pria menunjukkan tanda atau gejala seperti berkurangnya dorongan seksual, disfungsi ereksi, depresi, kelelahan, atau kesulitan mengingat dan konsentrasi.
Pilihan pengobatan untuk testosteron rendah dapat mencakup modifikasi gaya hidup, obat-obatan untuk mengatasi kondisi yang mendasari, atau terapi testosteron. Sangat penting bagi individu untuk berkonsultasi dengan dokter mereka untuk mendiskusikan gejala-gejala yang dialami, menjalani tes yang sesuai, dan mengeksplorasi pilihan pengobatan yang potensial. Dokter dapat membantu pasien menimbang manfaat dan risiko pengobatan, termasuk potensi perkembangan kanker prostat dan risiko kesehatan terkait lainnya.
Kesimpulannya, meskipun pria mungkin mengalami gejala yang berkaitan dengan penurunan kadar testosteron seiring bertambahnya usia, menopause adalah peristiwa biologis yang khas dan hanya terjadi pada wanita.